Sejarah umar bin khatab
Sepenggal sejarah umar bin khatab
,(singan padang pasir)
Aku abdi kalian, kalian harus mengawasi dan menanyakan segala tindakanku. Salah satu hal yang harus diingat, uang rakyat tidak boleh dihambur-hamburkan. Aku harus bekerja di atas prinsip kesejahteraan dan kemakmuran rakyat."
Kutipan pidato Umar bin Khattab tak lama setelah dibaiat menjadi khalifah (pemimpin umat Islam) menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq yang meninggal karena sakit itu, mengajarkan betapa prinsip dan nilai kemanusiaan dan keadilan harus menjadi pegangan utama seorang pemimpin. Bagi Umar, hanya dengan sikap pemimpin yang demikianlah rakyat yang mengamanatinya akan merasakan kedamaian, kesejahteraan, dan solidaritas tak berbatas.
Sepanjang sejarah Islam, Khalifah Umar merupakan sahabat Rasulullah yang paling banyak dibicarakan karena gagasan dan perannya berkaitan dengan Islam. Bertubuh tegap, hitam, dan tinggi, Umar yang dilahirkan pada 581 M ini dikenal sangat keras dan tegas dalam pendirian. Saking kerasnya itu, ia disegani dan ditakuti di kalangan masyarakatnya, suku Adi. Suku Adi termasuk dalam rumpun suku Quraisy.
Kedua orang tua Umar, Khattab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan Hantamah binti Hasyim, berasal dari suku Adi. Umar remaja dikenal sebagai pegulat dan sering mempertontonkan kebolehannya dalam pesta tahunan pasar Ukaz, Mekkah. Dia telah memiliki banyak kelebihan dan kejeniusan, antara lain dapat memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi, serta memiliki sikap santun dan jiwa kepemimpinan.
Berkat kelebihannya itu pula, tak jarang ia dipercaya mewakili sukunya dalam berbagai acara maupun perundingan dengan suku lain. Peran itu membuat dirinya terkenal di kalangan orang-orang Arab jahili. Rasulullah SAW sendiri mengakui dan memuji kelebihan Umar tersebut.
Nabi SAW bahkan secara khusus mendoakan Umar, "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah seorang dari Amr bin Hisyam atau Umar bin Khattab." Allah mengabulkan doa Nabi SAW dengan masuknya Umar ke dalam Islam pada 616 M.
Sebelum masuk Islam, Umar dikenal sangat keras menentang seruan Muhammad SAW. Bahkan, ia pernah mengadakan percobaan pembunuhan terhadap diri Nabi SAW.
Ketika mendengar adiknya, Fatimah, dan suaminya masuk Islam, ia sangat murka. Namun, sikap keras itu berubah sejak dirinya masuk Islam.
Riwayat Umar bin Khattab, Sang Penjaga Islam
Berislamnya Umar lalu diikuti keluarganya, seperti Abdullah dan istrinya, Zainab binti Ma'zun, tokoh suku serta para pengikutnya. Sejak masuk Islam, Umar dikenal sangat dekat dengan Rasulullah. Sampai-sampai Nabi SAW melukiskan kedekatannya dengan berkata, "Jika saja Allah mengizinkan harus ada nabi lainnya setelah aku, dia tidak lain adalah Umar."
Karena keteladanan sikapnya itu pula, Nabi SAW memberi gelar Umar sebagai 'Al Faruq' yang berarti 'pembeda' atau 'pemisah'. Maksudnya, Allah telah memisahkan dalam dirinya antara yang hak dan yang batil.
Umar pula satu-satunya orang yang berani menyampaikan pikiran dan gagasan-gagasan di hadapan Nabi SAW, bahkan tak jarang kritik untuk kemaslahatan umat. Misalnya, dalam satu kesempatan bersama Rasul, Umar mengusulkan kepada Nabi agar memerintahkan istri-istrinya memakai hijab (tirai) dengan maksud agar mereka berbicara dengan tamu-tamunya dari belakang hijab.
Menurut Umar, karena yang berbicara dengan mereka tidaklah semua orang baik, ada pula yang jahat. Tak lama kemudian, turunlah ayat tentang hijab yang membenarkan pendapat Umar. Ketika menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar tak segan-segan menindak siapa pun yang melanggar hukum.
"Sekalipun aku ini keras, tapi sejak semua urusan diserahkan kepadaku, aku menjadi orang yang sangat lemah di hadapan yang hak," ujar Umar di depan rakyatnya. Soal keadilan yang keras ditegakkan Umar ini, ada kisah menarik.
Suatu ketika, putra Amru bin 'Ash (gubernur Mesir) berpacu kuda dengan penduduk setempat. Lalu mereka berselisih dalam menentukan pemenangnya. Putra Amru marah dan memukul orang Mesir tadi, seraya berkata, "Aku ini putra dua orang yang mulia."
Mendapat aniaya, orang Mesir tersebut mengadu kepada Umar. Dengan nada berang, Umar memanggil gubernur Amru dan anaknya. Umar lalu menyuruh orang Mesir memukul gubernur Amru, dengan demikian putranya tak akan lagi berani sewenang-wenang. "Sejak kapan kamu memperbudak manusia padahal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan bebas merdeka," bentak Umar kepada Amru.
Sumber;sejarahumarbin khatab, sejarahsahabatnabi, nabimuhamad saw
Comments
Post a Comment